Tag Archives: Granada

Menjelajah Negeri Matador

Sebelum lupa menggerogoti ingatan, saya coba menuliskan itinerary perjalanan di spanyol selama 6 hari pada bulan Juni 2012 kmrn dengan tujuan utama Cordoba, Granada dan Barcelona.

Kami (4 girls) memulai perjalanan dari Belanda, Persiapan dilakukan sekitar 1 bulan sebelum keberangkatan, dari booking tiket pesawat, kereta api, hotel dan tiket masuk Alhambra. Dibandingkan trip ke Jerman, Prancis, dan Ceko, trip ke Spanyol benar-benar ‘drive us crazy’ karena sistem keamanan per-bank-an (transaksi online) yang agak ribet, 2 kartu kredit Indonesia kami ditolak plus 1 kartu kredit Belanda juga. Untuk mendapatkan perjalanan dengan budget murah, biasanya transaksi online in advance akan lebih menguntungkan dibandingkan beli tiket dengan sistem Go Show atau beberapa hari sebelum keberangkatan. Ada 2 kota besar di spanyol yakni Madrid dan Barcelona yang memiliki cukup banyak network penerbangan murah ke negara-negara eropa, karena tujuan utama kami adalah ke Alhambra di Spanyol Selatan, maka titik awal perjalanan dipilih dari Madrid dan berakhir di Barcelona. Untuk menuju Granada ada juga alternatif penerbangan via Malaga.

Day 01. Eindhoven – Madrid

Perjalanan dimulai dengan budget airlines Ryanair dari Eindhoven. Rata-rata budget airline di eropa menggunakan airport2 kecil yang tersebar di daerah pinggiran seperti Eindhoven, Maastricht, Rotterdam/The Hague dan Groningen. Untuk penerbangan ke Spanyol saya berhasil mendapatkan tiket yang cukup murah seharga 20 euro (one-way tanpa bagasi+insurance) ke Madrid. Nama-nya ‘budget’ plus airport kecil pelayanan dan fasilitasnya berbeda dengan airport utama seperti Schiphol, at least sediakan waktu 2-3 jam sebelum jadwal keberangkatan sudah ada di airport untuk check in, pemeriksaan bagasi dan imigrasi serta antri. Perlu diperhatikan, penerbangan dengan Ryanair tanpa bagasi HANYA diperbolehkan membawa 1 tas cabin max.10 kg dengan ukuran tertentu, kalau ada tas tangan, tas kamera semua harus dimasukan jadi 1 tas, di airport akan dilakukan pemeriksaan oleh petugas. Dari Eindhoven Central Station tersedia public transport (bus 401) menuju airport yang berangkat setiap 10 menit dengan waktu tempuh 25 mins, sediakan koin 3 euro untuk beli tiket di dalam bus (ticket machine) atau bisa menggunakan OV-chipkaart.

Perjalanan Eindhoven-Madrid ditempuh dalam waktu 2 jam 40 mins, mendarat di terminal T1 Madrid Barajas Airport yang terletak 7 km dari pusat kota. Sebelumnya kami sudah booking Hotel (€52/room/2 person-ensuite) di dekat Atocha Train Station, station utama yg melayani rute2 train antar kota di spanyol. Di madrid kami cuma transit 1 malam sebelum besok pagi-nya melanjutkan perjalanan dengan kereta ke Cordoba. Dari terminal T1 menuju Atocha Renfe tersedia shuttle bus 24 hours – Expres Aeropuerto waktu tempuh normal 40 mins, tiket langsung beli ke bus driver seharga 5 euro (2012).

Waktu transit yang singkat kami gunakan untuk melihat-lihat jantung kota madrid di malam hari yakni Plaza Mayor dan area komersial di Sol sambil menikmati makan malam khas spanyol La Paella (a.k.a nasi goreng seafood), syukurnya di Madrid toko-toko buka sampai jam 9-10 malam (summer) termasuk juga tempat makan yang masih banyak dipadati pengunjung sampai jam 12 malam. Public transport di Madrid cukup terpercaya: mudah, aman dan bersih.  Dari depan hostel kami cukup menggunakan metro menuju station Puerta de Sol (2 stop) dengan tiket seharga €1,5 one way beli di mesin dengan koin atau uang kertas.

Berburu official Real Madrid T-Shirt at Sol (c)Jilbabtraveler

Day 02. Madrid-Cordoba

Berhubung kartu kredit kami ditolak untuk membeli tiket kereta online  di website RENFE dan mencoba via vendor lain seperti Rail Europe dan TGV  juga gagal, satu-satunya cara adalah beli langsung di loket secara cash! dengan resiko tidak mendapatkan harga promo seperti yang tersedia online. Untungnya jadwal kereta cepat ke Cordoba ada setiap 1 jam sekali, dimulai dari jam 6.30 AM sehingga tidak perlu khawatir kehabisan tiket. hari pertama tiba di Atocha station Madrid kami langsung membeli tiket di loket renfe, dengan berbekal info harga yang kami liat online Alhamdulillah tryt msh bisa mendapatkan tiket promo kelas turista untuk 4 orang  dengan harga €35/org, bayangkan saja kalau sudah habis bisa-bisa kami harus merogoh kocek €50- €70 per orang untuk menuju Cordoba Central dengan jarak tempuh 1 jam 42 mins. Bagaimana pusing-nya booking tiket kereta online di spanyol dan apa saja tips-nya, saya sarankan untuk membaca penjelasan di website tripadvisor ini terlebih dahulu.

Kereta Cepat Renfe menuju kota Cordoba

Sekitar jam 10 pagi akhirnya tiba di Cordoba Central, disini kami hanya stopover selama 5 jam untuk mengunjungi Mezquita dan Historic town Cordoba, pusat peradaban Islam di Barat pada abad ke-10 dan 11. Di Cordoba central kami menitipkan backpack dan barang2 bawaan di loker atau consigna dalam bahasa spanyol yang bisa disewa selama 12 jam (kalau tidak salah harganya berkisar €3-6 tergantung ukurannya dan ada petugas yang akan membantu kita). Dari station kita bisa jalan kaki sekitar 30 menit menuju historic town atau bisa juga naik bis, berhubung cuaca cukup bersahabat dan kota-nya cukup nyaman kami memutuskan untuk berjalan kaki menyusuri boulevard botanical garden yang mengarah ke Mezquita-Cathedral di tepi sungai Guadalquivir.

Untuk masuk kompleks Mezquita-Cathedral (masjid yang sekarang menjadi katedral) pengunjung diharuskan membeli tiket seharga €8/orang waktu kunjungan 10 AM – 7 PM (maret – oktober). Jika tertarik dengan sejarah Cordoba, sambil mengelilingi mezquita kita bisa menyewa audioguide sebesar €6 atau menyewa local guide kalau tidak salah tarifnya sekitar €30/ 2 hours.

Day 02. Cordoba – Granada

Setelah berkeliling historic town Cordoba dan menyempatkan sholat zuhur di sebuah masjid disana, kami kembali ke stasiun sambil beristirahat dan mengambil barang2 di loker. Sore itu perjalanan dilanjutkan ke Granada, ada dua alternatif transport yang bisa digunakan yaitu kereta dan bis, dengan waktu tempuh yang relatif sama kereta lebih mahal sekitar €50/orang, dan bis hanya €16 /orang (2 jam 45 mins) dan tersedia 8x trip per hari (kereta cepat hanya 4x). Tiket bus sudah dibooking jauh-jauh hari via website ALSA atau kalau tidak berhasil bisa coba via Movelia . Jangan lupa untuk mem-print tiket dan membawanya, stasiun bus tepat berada di seberang stasiun kereta Cordoba Central, 30 mins sebelum jadwal kami sudah berada di ruang tunggu bus sambil menikmati makan siang standard Subway Tuna, sebelumnya mengecek jadwal dan lokasi feron untuk tujuan ke Granada. Di tiket sudah tertulis nomer tempat duduk sesuai pilihan kita ketika booking online, ketika akan naik seorang petugas dengan jaket bus ALSA akan mengecek tiket yang sudah kita print dan mempersilahkan kita untuk menaruh barang di bagasi bus. Jam 15.30 sore kami meninggalkan Cordoba dan tiba di stasiun bus Granada di Carretera de Jaen sekitar jam 6 sore yang terletak sekitar 15 menit naik bus dari pusat kota Granada.

Berbekal alamat dan peta hotel yang sudah kami booking via Hostelworld, dari depan stasiun bus di de Jaen kami menaiki minibus nomer 33 (atau 3) menuju area Gran Via de Colon. sempat kebingungan mau turun di halte mana, untungnya ada penduduk lokal yang bisa berbahasa inggris dan mengerti alamat yang kami tuju, akhirnya kami disarankan turun di halte bus Gran Via 3 dari sana tinggal jalan kaki sekitar 5 menit. Kami menginap di Itinere Hostel dengan tarif  €44/room/ 2 person – ensuite, included breakfast), lokasinya cukup strategis di pinggir jalan utama yang dilalui shuttle bus menuju Plaza Nueva, Albaycin, dan Alhambra; serta cukup jalan kaki 10 mins ke pusat komersial di sekitar Catedral Granada dan plaza de Isabel.

Setelah check in hotel, sore itu (8-10 PM) kami habiskan untuk jalan2 di pusat kota Granada melihat2 toko souvenir sekitar Cathedral dan area Alcaiceria, sejenis bazar dengan deretan toko2 di dalam gang kecil yang umumnya menjual barang2 khas maroko dan Granada. Di sekitar Plaza Nueva yang banyak terdapat deretan restoran dan cafe, Alhamdulillah kami menemukan tempat makan halal yang menjual kebab plus kentang goreng, menu standar backpacking di eropa 😉

deretan toko souvenir – near plaza nueva

Day 03. Alhambra, Granada

Agenda utama hari ini adalah mengunjungi Istana Alhambra dan Taman Generalife serta Albaycin (Moorish Neighborhood). Tiket masuk  sudah dibeli online 3 minggu in advance via ticketmaster seharga €13,40/ orang. Jumlah visitor per hari yang diperbolehkan mengunjungi Alhambra sangat dibatasi sehingga waktu kunjungan dibuat beberapa slot: morning, afternoon & evening. If you won’t be upset, don’t be dare to come without booked tickets in your hands!  Ketika booking tickets, slot waktu yang tersisa hanya ada di afternoonjam 14.00 PM. Oiya, jangan lupa membawa kartu kredit yang digunakan ketika booking ticket, karena ketika tiba di Alhambra kita perlu me-print tiket di mesin yang sudah tersedia dengan menggunakan kartu kredit tsb. Info detail baca disini buy Alhambra tickets

Meskipun kota kecil, namun transportasi publik di Granada sangat baik, berhubung akses ke Albaycin dan Alhambra hanya berupa jalan kecil yang berliuk-liuk plus menanjak ke atas bukit, untuk memudahkan maka angkutan yang digunakan berupa minibus/ van dengan kapasitas 10 orang. Tiket minibus bisa langsung dibeli melalui driver €1,20/ one way atau kalau mau hemat bisa beli tiket jenis Bono (Bus Pass), one way terhitung cm 80 cent, 1 kartu bisa digunakan 4 org, kalau habis credit bisa di top up, ketika sdh tidak digunakan lagi bisa dikembalikan ke driver dan dapat cash back  €2

minibus 30 to Alhambra – get on from halte Gran via 1 (in front of Cathedral)

Berbekal informasi dan peta dari resepsionist Itenere Hostel yang sangat friendly, pagi itu setelah sarapan kami memulai perjalanan dengan mengunjungi Albaycin, sebuah perkampungan khas bangsa Moor yang terletak di atas bukit. Tujuan utama adalah area Mirador san de Nicola – ruang terbuka di depan Cathedral, dari sana kita bisa melihat kemegahan Istana Alhambra  secara keseluruhan yang berdiri di puncak bukit Asabica. Selain itu, persis di samping Mirador san nicola terdapat Mezquita Mayor de Granada, Masjid besar Granada nan teduh lagi indah, tempat melepas lelah dan menunaikan sholat tahyatul masjid 2 rakaat. Untuk menuju Albaycin kami menggunakan minibus 31 dari halte dpn hostle (Gran via de colon 3). untuk saving energi, pulangnya menuruni bukit Albaycin kami memilih menggunakan bus yang sama dengan arah menuju Plaza Nueva, sambil beristirahat dan mencari makan siang sebelum melanjutkan kunjungan ke Alhambra.

Untuk menuju Alhambra bisa dengan shortcut jalan kaki (tapi hiking) dari Plaza Nueva atau menggunakan minibus 30, naik dari depan Cathedral (Jalan Gran via de colon) sekitar 15 menit. Jam 1 siang kami sudah tiba di Alhambra, antri sebentar di mesin tiket dan siap2 antri memasuki Alhambra slot afternoon yang dibuka jam 2 siang. Ada 3 bagian penting di dalam komplek istana Alhambra yang wajib dikunjungi yaitu Taman Generalife, Nasrid Palace dan benteng Alcazaba, at least sediakan waktu 3-6 jam untuk bisa mengeksplorasi plus menikmati seluruh tempat dan jangan lupa membawa air minum. Perlu diperhatikan, bagian paling utama adalah Nasrid Palace, setiap pengunjung menadapat slot waktu yang telah ditentukan di tiket untuk bisa masuk, diluar waktu tsb atau telat datang tidak diperbolehkan lagi. Kunjungan kami dimulai dari Taman Generalife diteruskan ke Nasrid Palace (16.00 pm) dan berakhir di Alcazaba. There’s no words  I can say, except Subhanallah, Alhamdulillah and AllahuAkbar  – a truly heaven on the earth…

Map of Alhambra

Selesai dari Alhambra, kami kembali ke Hostel untuk beristirahat, sholat dan mengambil backpacks (Again, thanks a bunch Itenere hostel) sebelum melanjutkan perjalanan dengan kereta malam (tren hotel) menuju Barcelona, berangkat dari Granada Central jam 10 malam dan tiba di Barcelona Sants (main station) sekitar jam 09.30 pagi. Harga tiket tren hotel ini bisa dibilang mahal yakni €92/org (kalo beli lebih awal bs saja dpt tiket seharga €65), tapi selain bisa saving waktu di jalan, juga saving biaya hotel satu malam. Keretanya sangat nyaman dan aman, 1 compatment/kamar terdiri 4 bed (jadi bisa tidur selonjoran atau duduk) dan bisa dikunci, terdapat juga wastafel kecil, dapet paket anduk+odol+sikat gigi, plus hanger untuk gantung jaket, dan juga selimut. Toilet dan shower terdapat diujung gerbong, ada juga cafetaria kalau mau beli kopi, teh, sandwich ato muffin dan snack lainnya. So, for the price it’s worth enough…dibandingkan kereta malam Utrecht-Prague yang isi 6 bed, tren hotel ini lebih baik. Kmrn kami booking ticket online via TGV, karena tdk berhasil via renfe, print out tiket dikirim via pos ke Leiden (Belanda) sampai dalam 1 minggu.

inside trenhotel, off to Barcelona

Next, Cintaku di Barcelona,…ekskursi Gaudi’s!

Lokasi ITENERE Hostel at Gran via de Colon

Lokasi ITENERE Hostel at Gran via de Colon

Rute public transport menuju Alhambra & puncak Albayzin di Granada

map Granada rez

note: tanda bulat biru / merah = halte


Andalusia: the journey to the light

Cordoba-Granada, 01 Juni 2012

Jum’at Mubarak, hari yang penuh berkah, sebuah syukur yang tak terhingga…

   Image

View to Bukit Asabica where Alhambra stand out, seen from Albaycin @Jilbabtraveler

Sebuah perjalanan mimpi yang dirangkai sejak dibangku SMA di Banjarmasin sampai akhirnya terwujud di tahun 2012. Tak tahu mengapa, Cordoba dan Granada sepertinya memiliki magnet yang begitu kuat yang membuatku ber-azam untuk suatu saat berada disana dan menyaksikan sendiri sisa-sisa kejayaan Islam di bumi Andalusia. Kota yang pernah berbalut seribu cahaya dan taman surga yang hilang…

Episode 1: Masih terekam di dalam ingatan, setiap lonceng istirahat kedua berbunyi aku lari menuju perpustakaan sekolah bergegas mengambil buku tua bersampul hitam yang tebalnya kira-kira 5 cm yang kalau tidak salah berjudul Dunia Islam Baru. Entah siapa pengarangnya, namun yang jelas buku itu sangat menarik perhatianku, disana awal mulanya aku mengetahui tentang seluk beluk sejarah peradaban Islam, cerita perang salib sampai bagaimana Islam pernah menjadi ‘Cahaya’ di bumi Eropa selama ratusan tahun.

Episode 2: Semasa kuliah di Bandung (1998an) hobi bacaku semakin tersalurkan, kalau tidak salah ada 1-2 buku tentang sejarah Islam yang aku baca lebih detail khususnya tentang ilmuwan-ilmuwan muslim dan sumbangsihnya dalam peradaban modern di bidang kedokteran, astronomi, matematika dan lain-lain. Disinilah aku mengetahui tentang cerita kota Bagdad dengan perpustakaannya yang terkenal serta bagaimana Islam bisa masuk ke Eropa melalui selat Gibraltar di afrika utara hingga Spanyol selatan sampai akhirnya berdirinya kota Cordoba sebagai pusat Ilmu pengetahuan di dunia barat. Di jaman kuliah ini pula aku mulai mengenal internet dan membuat account email pertamaku, can you guess? alamat emailnya adalah cordoba@plasa.com dengan password alhambra 😉 yup, istana merah – kediaman sultan di kota granada.

Episode 3: Semester pertama di Melbourne University (2007), tiap kamis siang aku bela-belain datang lebih awal untuk bisa duduk di area depan kuliahnya Profesor Jeremy Pike, History of Landscape Architecture.  kuliahnya berlangsung 3 jam, sesi pertama akan diisi penjelasan teori, dengan gaya-nya yang slow sambil membaca handout kuliah akan sangat sulit di siang bolong untuk bisa menahan rasa kantuk setelah makan siang,..hoaammmm. Sesi kedua, saat yang selalu ditunggu karena inilah sesi slide show, dimana Profesor Pike akan menunjukan foto-foto hasil jalan-jalannya keliling dunia mengunjungi taman-taman, public open space, estate garden sambil memberi penjelasan terkait sejarah dan konsep-konsep perancangan lansekap yang mempengaruhinya. Sampailah di pertemuan ke-5 The Garden of Islam, dimana sejarah dan penjelasan tentang Alhambra, Generalife, Taj Mahal dipaparkan. Perumpamaan surga yang diaplikasikan dalam desain taman Generalife di Istana Alhambra sungguh membuatku terpesona akan keindahannya. Kembali hati ini berbisik, Ya Allah semoga suatu saat nanti aku bisa berada disana…# mata kuliah ini adalah mata kuliahku dengan nilai terjelek yang didapat selama kuliah S2 yaitu H3 (=65), tapi melahirkan sebuah impian baru untuk bisa melihat satu-satunya moorish islamic garden yang tersisa di dunia saat ini.

flowerbed at Generalif Alhambra @Jilbabtraveler

Interior Mezquita-Cathedral di Cordoba @Jilbabtraveler

Episode 4: Januari 2012 akhirnya mendapat kepastian untuk kembali ke Belanda selama 5 bulan. Sebelum berangkat tidak sengaja liat di tayangan TV liputan acara bedah buku Amien Rais yang dikarang putrinya sendiri Hanum Salsabiela Rais, pada saat bersamaan dilaunching kan juga satu buku karyanya yang berjudul “99 Cahaya di Langit Eropa”, perjalanan menapak jejak Islam di Eropa. Dengan bantuan teman di jogja buku ini bisa didapatkan dan dititipkan via suaminya untuk bertemu di surabaya (Makasihhhh Bu Ira dan Pak Bani ^_^). Buku ini menemani perjalanan panjangku dari Banjarmasin-Jakarta-Kuala Lumpur-Amsterdam-Leiden-Groningen. Sebuah perjalanan yang diniatkan agar memberi nilai lebih tidak hanya sebagai student dan turis biasa, namun bisa mengenal Islam lebih baik lagi.

Akhir April, dalam perjalanan pulang dari Praha, berbincang-bincang dengan teman-teman yang selama ini menjadi partner in crime jalan-jalan, belum ada kepastian dari mereka apakah jadi ke spanyol atau tidak. Waktu stay di Belanda tinggal 2 bulan lagi berarti kalau jadi ke spanyol harus segera booking tiket pesawat, dalam pikiran terlintas bisa jadi ini kesempatan terakhir ke eropa, sempat terucap jika teman-teman tidak ada yang berminat maka aku akan berangkat sendiri. Keputusan ke spanyol agak sulit diambil, karena kami terancam jalan-jalan tanpa bodyguard yang selama ini selalu ada plus kondisi dompet yg mulai menipis ;)…belum lagi kekhawatiran yang cukup tinggi tentang kondisi spanyol saat itu dengan tingkat pengangguran yang mencapai 20%, artinya akan banyak tindak kriminal terjadi terhadap turis-turis asing. Kami langsung terbayang suasana daerah Gare du Nord di kota Paris. Setelah banyak mencari informasi, dan hasil negosiasi yang panjang akhirnya kami berempat sepakat jadi jalan-jalan ke Spanyol dengan mencoba rute Ryanair melalui Airport Eindhoven. Pengalaman pertama menggunakan budget airlines eropa.

Kamis 31 Mei 2012, “Terinspirasi dr buku-nya Hanum Salsabiela Rais – 99 Cahaya di Langit Eropa, chapter 3, Bismillah…” (a big thank for the thumbs my backpacking guru)

It’s truly our best euro trip, Alhamdulillah dengan rahmat-Nya perjalanan berlangsung lancar penuh cerita hikmah, kami bertemu dan berkenalan dengan banyak orang-orang yang ramah dari berbagai penjuru dunia. Dari solo korean traveler, seorang bule Prancis di hostel Granada dgn pertanyaan2 hidayah-nya, sepasang pensiunan dosen dari Kanada yang ketika melihat kami serasa mengingat masa muda mereka dulu, bertemu turis muslim dari Jerman di Alhambra serta mahasiswa-mahasiswa dari Malaysia, sampai bapak bule yang ternyata kerja di EY Jakarta.

Epilog: 29 Agustus 2012, whatsApp-an sm itha

me: “Ta skrg pk jilbab ya? Liat di foto nikahan kamtor..Alhamdulillah :)”

itha: “Hehe journey to the light mba ;)”

______

Cc:

Idha, Lia, Itha – the journey won’t be such wonderful without your presence 😉

Mbak laksmi – thanks for all the info and travel guidance in Spain! dari booking tiket renfe sp siesta time…

ImageTaman Generalife Alhambra : from sketch (2007) into reality (2012) @Jilbabtraveler