Category Archives: Travelog

Good Morning Venezia!

Backpacking terakhir dari rangkaian eurotrip kami. Dengan sisa-sisa tenaga Alhamdulillah kesampaian menikmati ice cream gelato di Roma, menegakan menara miring di Pisa dan terakhir menapakkan kaki di salah satu kota impian saya  sebelum tenggelam, the water city, Venezia!

Denyut kota Venezia di pagi buta, sebelum para turis bangun dan memenuhi setiap sudut ruang di museum, antri di depan St.Mark cathedral dan berfoto ria dengan burung2 merpati di Piazza san marco ataupun memenuhi kanal-kanal dengan perahu gondolanya, itulah pengalaman yang ingin saya abadikan…

good morning venezia! preparing the gondola at Piazza san marco pier

good morning venezia! preparing the gondola at Piazza san marco pier

sudut kota venice yang tua renta

sudut kota venice dengan lorong dan bangunan tua

bagi saya kota Venezia seperti seorang nyonya tua yang renta namum masih menampakan sisa-sisa kecantikan masa mudanya. Brosur2 wisata senantiasa menjual foto2 kota venice yang romantis dengan parahu gondola, kanal dan bangunan2 indah bergaya renaissance yang berdiri megah di sekeliling Piazza san Marco. Namun, dilihat dari dekat, kota ini sangat rapuh, hampir sebagian besar bangunan sudah lusuh, keropos oleh air laut dan termakan usia, namun Venezia tetap menyimpan magnet dan cerita bagi ribuan turis yang terus membanjir setiap harinya.

Sore itu, 25 June 2012 kereta cepat Trenitalia dari kota Florence membawa kami berlima menginjakan kaki di station Santa Lucia, sengaja sebelumnya kami putuskan untuk memilih menginap di kota ini selama 2 malam untuk bisa merasakan denyut nadi kehidupan penduduk lokal yang samar-samar berdetak di tengah hiruk pikuk kunjungan para turis. Rata-rata flashtraveler memilih menginap di Maestre yang berada di daratan italia dan mengambil a day trip ke venezia supaya bisa lebih hemat. Berhubung berlima, kami akhirnya bisa mendapatkan sebuah apartemen untuk disewa di dekat Rialto bridge, keuntunganya ada kitchen sehingga bisa belanja serta masak spagetti dan risotto sendiri ^^ dan yang asyik ternyata apartemen kami memiliki rooftop terrace yang bisa dipake buat duduk2 pas sarapan pagi.

rooftop apartment

homemade spaghetti n ‘ rooftop apartment

Sudah lama saya dengar, warga asli kota venice banyak yang pindah ke daratan italia untuk bekerja maupun karena kota kecil ini sudah terlalu crowded oleh turis. Banyak rumah2 tinggal yang akhirnya dijadikan apartemen untuk disewakan, letakknya umumnya di lantai 2 dari bangunan dan tanpa guide dari si pemilik bangunan mustahil bagi kami untuk bisa menemukannya di tengah labirin jalan-jalan yang sempit dan remang2 terkena sorot matahari.

Inside venice! squeezing in between walls

Inside venice! squeezing in between walls

sebagai salah satu pedestrian city, semua aktivitas di venice dilakukan dengan jalan kaki melewati gang-gang sempit dan puluhan jembatan…memegang peta di tangan adalah sebuah keharusan, kecuali anda senang kesasar dan muter-muter ga jelas ;D. Icon-icon utama yang perlu diingat untuk menjadi orientasi dan Landmark kawasan antara lain Rialto  Bridge, Station Santa Lucia dan Piazza San Marco bisa membantu mengurangi memungkinan tersesat, but don’t worry that’s part of the story…

water bus  - Pavoritti

water bus – Vaporetto

Selain jalan kaki, pilihan yang cukup efisien untuk backpacker adalah naik water bus atau Vaporetto menelusuri Grand Canal dan menyeberang ke pulau-pulau kecil di sekitar venice yang worth to visit seperti Burano, Murano dan Lido. Untuk menghemat belilah tiket 12 hrs seharga 18 euro atau 24hrs for 20 euro, soalnya single trip point to point cukup mahal yakni 7 euro!

early morning in Venice

drop off barang – early morning at canal

early morning at Piazza san marco

early morning at Piazza san marco

Untuk menghindari turis yang terlalu banyak muncul di jepretan foto2 saya dan yang utama to feel the everyday life of the city saya memutuskan bangun lebih awal dan memulai berjalan kaki mengelili kota venice pada jam 6 pagi, ketika warga lokal mulai siap-siap membuka toko dan mengelar kereta dagangannya, petugas kebersihan sibuk menyapu jalanan, membuang sampah…stok2 makanan dan minuman dibawa dengan perahu motor melalui kanal untuk disupply ke restoran, hotel, dan toko2, tukang gondola sibuk mempersiapkan perahunya di dermaga dan ketika terdengar sapaan dipagi hari…Ciao Maria!

DSC_0745

Ketika matahari sudah beranjak tinggi kami berpindah meninggalkan pulau venice… menaiki Pavarotti dari depan St.Lucia menuju Murano yang terkenal dengan pembutan kerajinan dari gelas yang berwarna-warni dan juga pulau kecil di sebelah timur bernama Burano yang dulunya merupakan kampung nelayan kini telah menjadi atraksi wisata dengan deretan bangunan yang dicat warna-warni serta pot bunga yang berjejer di jendela.

Glassmaking at Murano

Glassmaking at Murano

Colourful buildings, Burano

Colourful buildings, Burano

Di pulau Burano meskipun tidak lepas dr kunjungan para turis, namun masih banyak penduduk lokal yang bermukim disana. Setiap rumah tinggal biasanya terdapat jemuran baju di depan jendela maupun halaman rumah dan juga di pintu depan rumah semuanya memiliki sejenis gordin penutup pintu untuk menjaga privasi. Beberapa rumah juga ada yang sudah berubah menjadi toko2 souvenir dan restoran/cafe menyajikan masakan khas italia.

Deretan pintu rumah dengan kain gordin di Burano

Deretan pintu rumah yang ditutup kain gordin di Burano

Jalan-jalan hari ke-2 saya coba meng-capture kondisi kota venice yang dipenuh turis, dan tentu saja turut merasakan antrian memasuki St.Mark Cathedral (free entry) dan menaiki satu2nya menara tertinggi disana ‘Bell Tower” (entry 8 euro) untuk mengabadikan aerial view dari kota air nan eksotis ini.

tourist crowd at Rialto Bridge (afternoon)

tourist crowd at Rialto Bridge (afternoon)

'Campanile - Bell Tower ' salah satu hobi saya manjat setiap menara/bangunan tertinggi di setiap kota yg dikunjungi

‘Campanile – Bell Tower ‘ salah satu hobi saya manjat setiap menara/bangunan tertinggi di setiap kota yg dikunjungi

Aerial view of Venice

Aerial view of Venice

Backpacking kami di Itali berakhir pada 27 June, sore hari dengan menggunakan bus dari terminal Piazzale Roma berangkat menuju airport Treviso (travel time 1 hour) pulang ke Belanda (schiphol airport) dengan menggunakan budget airlines Transavia. Terminal bus Piazzale Roma terletak disamping station kereta St.Lucia, dihubungkan dengan jembatan modern karya arsitek terkenal Santiago Calatrava, jembatan yang berada di atas Grand Canal ini dinamakan Ponte della Costituzione.

Bus terminal Piazzale Roma with Calatrava Bridge

Bus terminal Piazzale Roma with Calatrava Bridge


10 + 5 destinasi wisata di kota Melbourne

Baru nyadar tryt  selama  2 thn nge-blog di wordpress blm pernah nulis tentang panduan jalan2 n tempat2 menarik di kota Melbourne, kota terbesar kedua setelah Sydney. Tempat2 wisata yg bisa dikunjungi saya bagi dalam 2 katagori, pertama ‘Inner city Melbourne’ yg berada di pusat kota dan sekitarnya, bisa ditempuh dengan jalan kaki ato naik tram, train ato bus dengan tiket  myki. Dan yang kedua ‘Outer Melbourne‘ (Victoria) yang  at least perlu one day trip dengan naik Vline regional train/bus atau ikut paket tur wisata (seperti Extragreen Holidays) untuk sampai ke lokasi.

01. Federation Square + Flinders Station

Flinders station dan Feredation Square (Fed Square) bisa dibilang jantung kota Melbourne, terletak disudut jalan Swanston Street dan Flinders street, dan di tepi sungai Yarra. Station kereta yang bergaya France Renaissance ini merupakan stasiun tertua di Austalia (1910). Sebaliknya, Federation Square (2002) yang berada diseberangnya bergaya deconstructive architecture, berfungsi sebagai gedung pertemuan, pameran, visitor center, cafe  plus ruang publik tempat nongkrong warga kota dan pengunjung. Dua bangunan ini sekarang menjadi icon kota Melbourne dan public transport interchange, yang selalu ramai dikunjungi siang dan malam.

image
Flinders Station (c) Jilbabtraveler, 2008
Fed Square (c) Wikipedia, 2012

Fed Square (c) Wikipedia, 2012

02. Queen Victoria Market (Vicmart)

Pasar terbesar di kota Melbourne yang berada di Elizabeth Street, menjual segala macam kebutuhan sehari-hari dari sayuran, buah, bunga,  bakery, ikan, daging sampai baju, tas, mainan dan souvenir. Buka setiap hari dari jam 6 AM – 2 PM (weekdays) dan 4 PM (weekends), kecuali Senin dan Rabu tutup. Kalau mau berburu souvenir murah dan kaos Australia disinilah tempatnya, jangan heran kalo ketemu penjaga-nya bisa ngomong bahasa Indonesia, karena mayoritas mahasiswa Indonesia suka kerja sampingan di pasar ini.

hal yang paling sy suka kalo ke Vicmart, dengerin pertunjukan street musician dari Brazil yang suka manggung pas weekends, sambil menikmati secangkir coffee dan spanish donuts. Dan akhirnya, saking sukanya saya beli CD rekaman musik+lagu2 mereka.

victoria market (c) australiantraveller.com

victoria market (c) australiantraveller.com

street musician Vicmart (c) Jilbabtraveler, 2007

street musician Vicmart (c) Jilbabtraveler, 2007

03. City Circle Tram

Muter2 gratis keliling pusat kota Melbourne (hop on hop off) dengan tram tua sambil mendengarkan penjelasan2 mengenai bangunan dan tempat2 yang dilewati.  Tempat2 wisata utama seperti Fed Square, Flinders Station, Victoria Market, Docklands, Harbour front dilalui jalur tram ini.

City Circle Tram (c) Jilbabtraveler, 2008

City Circle Tram (c) Jilbabtraveler, 2008

Jalur tram City Circle

Jalur tram City Circle

04. Laneways + Arcades

Pusat kota Melbourne (CBD) berbentuk grid, dengan jalan2 utama yang bisa dilalui kendaraan bermotor dan tram menghadap utara-selatan (e.g. Swanston street) dan barat-timur (e.g. Bourke street). selain jalan2 utama ini, banyak sekalai terdapat gang-gang sempit yang menghubungkan satu blok bangunan dengan blok lainnya dan hanya bisa dilalui pejalan kaki dan sepeda, Gang2 sempit ini terkenal dengan sebutan Laneway atau arcade (interior). Banyak sekali, retail-retail, toko2 dan cafe2 unik , bar dan restaurant, gallery seni bahkan street arts yang berlokasi di jalur laneways ini, yang sering disebut sebagai Melbourne hidden gems. Bagi ada yang ingin mengenal suasana kota melbourne yang sebenarnya, disinilah tempatnya, semoga tidak kesasar ^_^ (untuk panduan silahkan lihat disini Laneways & Arcades)

Discover Melbourne Laneways (c) Jilbabtraveler, 2008

Discover Melbourne Laneways (c) Jilbabtraveler, 2008

05. Southbank + Yarra River

Yarra atau Birr-arrung, adalah sungai yang membelah kota Melbourne, lokasinya persis disamping Federation square/ Flinders station. Disepanjang Yarra dilakukan pembangunan besar2an fasilitas perkantoran, retail, casino, art center dan promedane tepi sungai, daerah ini terkenal dengan nama Southbank. Sekedar jalan-jalan santai sambil menikmati sungai di sore hari atau sabtu pagi merupakan aktivitas yang bisa dilakukan di sepanjang sungai Yarra. Selain itu sering juga ada pertunjukan para buskers (seniman jalanan) di sepanjang southbank. Persis di depat Crown casino, setiap jam 7 malam ada pertunjukan api, yang sering ditunggu2 para pengunjung. Kalau ingin merogoh kocek sekitar AUD$19.80 bisa menaiki City River Cruise menyusuri sungai Yarra selama 1 jam sambil menikmati secangkir kopi hangat for free.

Yarra rive nightscape (c) studyabroad.asu.edu

Yarra rive nightscape (c) studyabroad.asu.edu

06. Docklands + Harbour Front

Daerah muara sungai Yarra yang baru dikembangkan menjadi mixed-use development/ waterfront city terdapat hunian apartment, office, shopping area dan marina.

webb bridge + southern stars (c) Jilbabtraveler, 2008

webb bridge + southern stars (c) Jilbabtraveler, 2008

Melbourne Docklands (c) harbourescapeapartments.com.au

Melbourne Docklands (c) harbourescapeapartments.com.au

07. St.Kilda Beach + Sunday Art Market + Luna Park

St.Kilda Pier (c) Jilbabtraveler, 2008

St.Kilda Pier (c) Jilbabtraveler, 2008

Luna Park Melbourne (c) Jilbabtraveler, 2008

Luna Park Melbourne (c) Jilbabtraveler, 2008

08. Shrine of Remembrance + Royal Botanic Garden

shrine of rememberance (c) aila.org.au

shrine of rememberance (c) aila.org.au

09. Box Houses at Brighton Beach

Brighton beach (c) Jilbabtraveler, 2008

Brighton beach (c) Jilbabtraveler, 2008

10. Ceres Environment Parkhttp://www.ceres.org.au/
Bosan dgn hiruk pikuk keramaian kota dan pengen k tempat yg lebih alami sambil berekreasi edukatif bersama keluarga, Ceres bs mjd alternatif. Lokasinya mmg sedikit jauh sekitar 30 menit naik tram 96 menuju daerah East Brunswick. Taman ini mempromosikan sustainable ways of living dr bercocok tanam, energi alternatif, mengolah sampah sampai sanggar2 budaya dr manca negara termasuk Indonesian Village. Saat paling tepat berkunjung ke Ceres
ketika ada organic market n craft, biasanya setiap hr rabu dan sabtu. Disini juga ada tempat penjualan sepeda bekas dan bengkel dgn sistem swadaya alias cari spare part n alat yg diperlukan sendiri trus perbaiki sendiri ato dibantu sm bikers lain. Ada juga toko swalayan organik dan cafe yg buka setiap hari.

ceres organic market (c) homes.ninemsn.com.au

ceres organic market (c) homes.ninemsn.com.au

bike shed Ceres (c) permaculturevisions.com

bike shed Ceres (c) permaculturevisions.com

Outer Melbourne:
1. Sovereign Hill, Ballarat

image

Suasana Balarat (c) Jilbabtraveler, 2007

2. Mount Buller (winter sky resort)
image

3. Great Ocean Road
image

4. Tesselaar Tulip Festival
5. Mornington Peninsula


Cintaku di Barcelona

Boleh dikata saya jatuh hati (a.k.a penasaran) duluan dengan kota ini sebelum mengunjunginya, bukan karena lagu-nya Fariz RM atau Karya2 Antonio Gaudi yang membawa saya melangkah ke ibukota negeri Catalan ini, tapi lebih karena penasaran pengen melihat dan merasakan suasana ‘street view’ dari konsep tata kota octagonal block-nya (Cerda Plan) yang waktu kuliah dulu sering disebut2 sebagai salah satu yang terbaik. Dan juga cerita La Ramblas, sebuah pedestrian street yang selalu hidup siang dan malam dengan para seniman jalanan, plus geliat pembangunan kota Barcelona pasca Olimpiade 1992 dengan proyek2 revitalisasi yang mengispirasi banyak kota2 di dunia. Itinerary 2 hari 2 malam di Barcelona rasa-nya sangat singkat untuk sebuah kota yang menyimpan banyak cerita.

Aerial view of Barcelona with Avinguda diagonal

Day 01

Pagi itu setelah check in di Hostel Casa de Gracia, kami jalan2 santai mencari sarapan disepanjang Passeig de Gracia yang sebagian toko-tokonya masih tutup, jalan ini terkenal sebagai pusat perbelanjaan utama di jantung kota Barcelona menghubungkan Cerda Plan (new extension) dengan La Ramblas (old city), butik2 dan retail2 ternama berderet di kanan kiri jalan termasuk 2 masterpieces Gaudi yakni bangunan Casa Mila dan Casa Batllo.

Casa Batllo (1904-1906)

Setelah perut terisi, tujuan kami hari ini adalah mengunjungi karya fenomenal Gaudi, gereja La Sagrada Familia yang dari pertama dibangun (1882) sampai sekarang belum selesai juga alias still under construction! kembali kaki ini diayunkan menyusuri blok demi blok bangunan hingga berbelok ke arah Avinguda Diagonal yang rindang, bagian terpenting Cerda Plan dan avenue terbesar yang membelah kota Barcelona dari barat ke timur, dan berujung di Barcelona Forum (new waterfront and park).

Sekitar jam 11 pagi kami sampai di sagrada familia, rupanya antrian turis yang akan membeli tiket dan masuk ke dalam cathedral sudah cukup panjang ditambah lagi suasana sekitarnya yang penuh dengan alat2 berat dan bahan bangunan cukup crowded dan mengganggu keindahan karya artistik ini. I wasn’t really impressed…, but I agree the interior is amazing and worth to see. Note: entrance fee to basilica sagrada familia 13 euro, combined tickets to Gaudi House Museum at Park Guell 16,5 euro.

Sagrada Familia – inside and outside (c) Jilbabtraveler

Kembali ke hostel dan rehat sejenak untuk mandi dan sholat, sore itu jalan2 santai dilanjutkan dengan menjelajah pedestrian street La Ramblas yang di kiri kanan-nya dipenuhi deretan pepohonan, kios2 souvenir plus cafe dan alfresco dining yang menyajikan masakan seafood khas spanyol. Sepanjang jalan banyak ditemui para seniman jalanan dari sekedar atraksi kostum, pelukis, main musik, sulap dan lain-lain. A fact: rata2 (hampir semua) toko souvenir (non kiosk) di sepanjang Ramblas dimiliki oleh jaringan imigran India/pakistan/Banglades.

Plaça de Catalunya – entrance to La Ramblas, where old city meets new grid

street artists – La Ramblas

La Ramblas street life

Hari pertama di Barcelona, kami akhiri dengan bergegas menaiki metro dari station Liceu menuju station Plaça de Espana untuk menyaksikan pertunjukan The Magic Fountain of Montjuïc, atraksi air mancur yang disertai musik dan lighting, atraksi ini hanya berlangsung dari hari kamis – minggu mulai jam 9 – 11 malam (May to September schedule). Hari menjelang magrib disertai mendung dan rintik2 hujan, rupanya tidak menghalangi ribuan pengunjung untuk berbondong2 mencari spot paling strategis di sekitar area Palau Nacional ( National Museum).

Palau Nacional Barcelona

Magic Fountain of Montjuïc: lighting, music, colour and water acrobatic

Day 02

Agenda utama hari ini selain mengunjungi salah satu karya Gaudi, Park Guell, taman terbuka seluas 17 Ha dibangun thn 1900-1914, rencananya kami akan mengikuti free guided-walking tour mengelilingi kota tua Barcelona, daerah Barri Gotic. Sayang-nya ketika jam 16.00 kami tiba di meeting point Plaça Reial ternyata kuota 30 orang sudah penuh di booking, well..akhirnya berbekal peta di tangan walking tour kami lakukan sendiri as usual 😉

Barcelona kota yang cukup besar namun public transport dan infrastruktur pariwisata-nya sangat baik, meskipun tidak bisa bahasa spanyol, sistem penanda /informasi selalu disertai dengan bahasa inggris, selain itu turis ada dimana-mana, ya kalau nyasar tinggal tanya saja. Supaya lebih murah dan mudah kemana-mana belilah tiket metro T-10 zona 1 (most attractions) seharga €9.25, yang bisa dipakai 10 trips dan bisa dipakai line kereta ke airport juga, single journey cukup mahal €2/ trip. Dari station Diagonal kami menaiki metro (bawah tanah) menuju Park Guell – Line 3 (hijau) turun di station Lesseps. Untuk sampai di pintu gerbang Park Guell perlu jalan kaki sekitar 20 menit menaiki bukit El Carmel. Taman ini free of charge and as always penuh turis, dari puncak Park Guell bisa melihat kota Barcelona secara keseluruhan. Di area ini juga terdapat Gaudi House Museum, terdapat koleksi2 furniture karya Gaudi.

Park Guell – free entry!

The Gaudi House Museum – 5 euro entry

Ketika mengelilingi taman ini jadi teringat suasana kota Paris dan perjuangan para imigran2 yang bertahan hidup dengan menjadi pedagang kaki lima menjual souvenir, kaca mata dll. sempat terjadi insiden kejar2an oleh polisi setempat dan salah satu yang tertangkap barang dagangan-nya disita. Selain itu terdapat juga para seniman2 yang bermain musik (kalau yang ini sepertinya dianggap legal), ada satu seniman Indian dengan alat musik dan ritme lagu-nya yang cukup memukau membuat saya betah berlama-lama sekedar berdiam diri merasakan semilir angin dipuncak Park Guell.

PKL at Park Guell

Selesai dari Park Guell kami istirahat sholat dan makan siang (as always subway tuna!!), Jam 4 sore setelah dari Ramblas dilanjutkan berkeliling Old town Barcelona – Barri Gotic dengan berjalan kaki, dilanjutkan ke Barcelona waterfront (promenade  dengan pantai pasir dan deretan bangunan2 apartment, hotel dan shopping center, salah satunya ‘Barcelona Fish’ karya Frank Gehry).

  

                                                           Cathedral Barri Gotic

redevelopment project – santa Caterina market by Enric Miralles

Barcelona fish – waterfront

Hari itu cukup melelahkan dan hari terakhir kami di Spanyol sebelum besok pagi-nya kembali ke Belanda. Ada satu bangunan high rise yang ingin saya lihat karya Jean Nouvel+B720 Arquitectos yakni Gedung 38 lantai ‘Torre Agbar’ yang terletak antara Avinguda Diagonal dan Carrer Badajoz, saya cuma penasaran bagaimana ‘treatment’ desain ground floor bangunan ini bertemu dengan ruang publik disekitarnya. Otw balik ke hostel, kami turun di station metro Glories, sayangnya cuma bisa mengintip dari luar karena ini bangunan office private.

Torre Agbar – from outside

Day 03 – Tuesday

Jam 9 pagi  kami harus catch up pesawat dari El Prat airport Barcelona (BCN) menuju Schiphol Amsterdam menggunakan salah satu budget airlines milik Belanda yakni Transavia dengan tiket seharga €35 one way tanpa bagasi. Dibandingkan Ryanair, secara personal menurut sy kualitas  transavia lebih baik, selain itu kita masih diizinkan membawa 1 tas tangan/ tas kamera disamping backpack. Disamping memang ryanair tidak melayani rute2 dari dan menuju airport utama, melainkan berangkat dari airport kecil di Girona sekitar 1 jam perjalanan dari kota Barcelona. Dari hostel dengan sisa ticket metro T-10  kami menaiki Barcelona Airport Train (Renfe) dari station passeig de Gracia menuju  ‘Aeropuerto’  terminal T2 El Prat (end stop),waktu tempuh sekitar 25 mins. Well,…Gracias Espana!!

twice with transavia – Barcelona to Amsterdam // Venice Treviso to Amsterdam

our room at Casa Gracia Hostel €32 /night/ person – ensuite + breakfast


Menjelajah Negeri Matador

Sebelum lupa menggerogoti ingatan, saya coba menuliskan itinerary perjalanan di spanyol selama 6 hari pada bulan Juni 2012 kmrn dengan tujuan utama Cordoba, Granada dan Barcelona.

Kami (4 girls) memulai perjalanan dari Belanda, Persiapan dilakukan sekitar 1 bulan sebelum keberangkatan, dari booking tiket pesawat, kereta api, hotel dan tiket masuk Alhambra. Dibandingkan trip ke Jerman, Prancis, dan Ceko, trip ke Spanyol benar-benar ‘drive us crazy’ karena sistem keamanan per-bank-an (transaksi online) yang agak ribet, 2 kartu kredit Indonesia kami ditolak plus 1 kartu kredit Belanda juga. Untuk mendapatkan perjalanan dengan budget murah, biasanya transaksi online in advance akan lebih menguntungkan dibandingkan beli tiket dengan sistem Go Show atau beberapa hari sebelum keberangkatan. Ada 2 kota besar di spanyol yakni Madrid dan Barcelona yang memiliki cukup banyak network penerbangan murah ke negara-negara eropa, karena tujuan utama kami adalah ke Alhambra di Spanyol Selatan, maka titik awal perjalanan dipilih dari Madrid dan berakhir di Barcelona. Untuk menuju Granada ada juga alternatif penerbangan via Malaga.

Day 01. Eindhoven – Madrid

Perjalanan dimulai dengan budget airlines Ryanair dari Eindhoven. Rata-rata budget airline di eropa menggunakan airport2 kecil yang tersebar di daerah pinggiran seperti Eindhoven, Maastricht, Rotterdam/The Hague dan Groningen. Untuk penerbangan ke Spanyol saya berhasil mendapatkan tiket yang cukup murah seharga 20 euro (one-way tanpa bagasi+insurance) ke Madrid. Nama-nya ‘budget’ plus airport kecil pelayanan dan fasilitasnya berbeda dengan airport utama seperti Schiphol, at least sediakan waktu 2-3 jam sebelum jadwal keberangkatan sudah ada di airport untuk check in, pemeriksaan bagasi dan imigrasi serta antri. Perlu diperhatikan, penerbangan dengan Ryanair tanpa bagasi HANYA diperbolehkan membawa 1 tas cabin max.10 kg dengan ukuran tertentu, kalau ada tas tangan, tas kamera semua harus dimasukan jadi 1 tas, di airport akan dilakukan pemeriksaan oleh petugas. Dari Eindhoven Central Station tersedia public transport (bus 401) menuju airport yang berangkat setiap 10 menit dengan waktu tempuh 25 mins, sediakan koin 3 euro untuk beli tiket di dalam bus (ticket machine) atau bisa menggunakan OV-chipkaart.

Perjalanan Eindhoven-Madrid ditempuh dalam waktu 2 jam 40 mins, mendarat di terminal T1 Madrid Barajas Airport yang terletak 7 km dari pusat kota. Sebelumnya kami sudah booking Hotel (€52/room/2 person-ensuite) di dekat Atocha Train Station, station utama yg melayani rute2 train antar kota di spanyol. Di madrid kami cuma transit 1 malam sebelum besok pagi-nya melanjutkan perjalanan dengan kereta ke Cordoba. Dari terminal T1 menuju Atocha Renfe tersedia shuttle bus 24 hours – Expres Aeropuerto waktu tempuh normal 40 mins, tiket langsung beli ke bus driver seharga 5 euro (2012).

Waktu transit yang singkat kami gunakan untuk melihat-lihat jantung kota madrid di malam hari yakni Plaza Mayor dan area komersial di Sol sambil menikmati makan malam khas spanyol La Paella (a.k.a nasi goreng seafood), syukurnya di Madrid toko-toko buka sampai jam 9-10 malam (summer) termasuk juga tempat makan yang masih banyak dipadati pengunjung sampai jam 12 malam. Public transport di Madrid cukup terpercaya: mudah, aman dan bersih.  Dari depan hostel kami cukup menggunakan metro menuju station Puerta de Sol (2 stop) dengan tiket seharga €1,5 one way beli di mesin dengan koin atau uang kertas.

Berburu official Real Madrid T-Shirt at Sol (c)Jilbabtraveler

Day 02. Madrid-Cordoba

Berhubung kartu kredit kami ditolak untuk membeli tiket kereta online  di website RENFE dan mencoba via vendor lain seperti Rail Europe dan TGV  juga gagal, satu-satunya cara adalah beli langsung di loket secara cash! dengan resiko tidak mendapatkan harga promo seperti yang tersedia online. Untungnya jadwal kereta cepat ke Cordoba ada setiap 1 jam sekali, dimulai dari jam 6.30 AM sehingga tidak perlu khawatir kehabisan tiket. hari pertama tiba di Atocha station Madrid kami langsung membeli tiket di loket renfe, dengan berbekal info harga yang kami liat online Alhamdulillah tryt msh bisa mendapatkan tiket promo kelas turista untuk 4 orang  dengan harga €35/org, bayangkan saja kalau sudah habis bisa-bisa kami harus merogoh kocek €50- €70 per orang untuk menuju Cordoba Central dengan jarak tempuh 1 jam 42 mins. Bagaimana pusing-nya booking tiket kereta online di spanyol dan apa saja tips-nya, saya sarankan untuk membaca penjelasan di website tripadvisor ini terlebih dahulu.

Kereta Cepat Renfe menuju kota Cordoba

Sekitar jam 10 pagi akhirnya tiba di Cordoba Central, disini kami hanya stopover selama 5 jam untuk mengunjungi Mezquita dan Historic town Cordoba, pusat peradaban Islam di Barat pada abad ke-10 dan 11. Di Cordoba central kami menitipkan backpack dan barang2 bawaan di loker atau consigna dalam bahasa spanyol yang bisa disewa selama 12 jam (kalau tidak salah harganya berkisar €3-6 tergantung ukurannya dan ada petugas yang akan membantu kita). Dari station kita bisa jalan kaki sekitar 30 menit menuju historic town atau bisa juga naik bis, berhubung cuaca cukup bersahabat dan kota-nya cukup nyaman kami memutuskan untuk berjalan kaki menyusuri boulevard botanical garden yang mengarah ke Mezquita-Cathedral di tepi sungai Guadalquivir.

Untuk masuk kompleks Mezquita-Cathedral (masjid yang sekarang menjadi katedral) pengunjung diharuskan membeli tiket seharga €8/orang waktu kunjungan 10 AM – 7 PM (maret – oktober). Jika tertarik dengan sejarah Cordoba, sambil mengelilingi mezquita kita bisa menyewa audioguide sebesar €6 atau menyewa local guide kalau tidak salah tarifnya sekitar €30/ 2 hours.

Day 02. Cordoba – Granada

Setelah berkeliling historic town Cordoba dan menyempatkan sholat zuhur di sebuah masjid disana, kami kembali ke stasiun sambil beristirahat dan mengambil barang2 di loker. Sore itu perjalanan dilanjutkan ke Granada, ada dua alternatif transport yang bisa digunakan yaitu kereta dan bis, dengan waktu tempuh yang relatif sama kereta lebih mahal sekitar €50/orang, dan bis hanya €16 /orang (2 jam 45 mins) dan tersedia 8x trip per hari (kereta cepat hanya 4x). Tiket bus sudah dibooking jauh-jauh hari via website ALSA atau kalau tidak berhasil bisa coba via Movelia . Jangan lupa untuk mem-print tiket dan membawanya, stasiun bus tepat berada di seberang stasiun kereta Cordoba Central, 30 mins sebelum jadwal kami sudah berada di ruang tunggu bus sambil menikmati makan siang standard Subway Tuna, sebelumnya mengecek jadwal dan lokasi feron untuk tujuan ke Granada. Di tiket sudah tertulis nomer tempat duduk sesuai pilihan kita ketika booking online, ketika akan naik seorang petugas dengan jaket bus ALSA akan mengecek tiket yang sudah kita print dan mempersilahkan kita untuk menaruh barang di bagasi bus. Jam 15.30 sore kami meninggalkan Cordoba dan tiba di stasiun bus Granada di Carretera de Jaen sekitar jam 6 sore yang terletak sekitar 15 menit naik bus dari pusat kota Granada.

Berbekal alamat dan peta hotel yang sudah kami booking via Hostelworld, dari depan stasiun bus di de Jaen kami menaiki minibus nomer 33 (atau 3) menuju area Gran Via de Colon. sempat kebingungan mau turun di halte mana, untungnya ada penduduk lokal yang bisa berbahasa inggris dan mengerti alamat yang kami tuju, akhirnya kami disarankan turun di halte bus Gran Via 3 dari sana tinggal jalan kaki sekitar 5 menit. Kami menginap di Itinere Hostel dengan tarif  €44/room/ 2 person – ensuite, included breakfast), lokasinya cukup strategis di pinggir jalan utama yang dilalui shuttle bus menuju Plaza Nueva, Albaycin, dan Alhambra; serta cukup jalan kaki 10 mins ke pusat komersial di sekitar Catedral Granada dan plaza de Isabel.

Setelah check in hotel, sore itu (8-10 PM) kami habiskan untuk jalan2 di pusat kota Granada melihat2 toko souvenir sekitar Cathedral dan area Alcaiceria, sejenis bazar dengan deretan toko2 di dalam gang kecil yang umumnya menjual barang2 khas maroko dan Granada. Di sekitar Plaza Nueva yang banyak terdapat deretan restoran dan cafe, Alhamdulillah kami menemukan tempat makan halal yang menjual kebab plus kentang goreng, menu standar backpacking di eropa 😉

deretan toko souvenir – near plaza nueva

Day 03. Alhambra, Granada

Agenda utama hari ini adalah mengunjungi Istana Alhambra dan Taman Generalife serta Albaycin (Moorish Neighborhood). Tiket masuk  sudah dibeli online 3 minggu in advance via ticketmaster seharga €13,40/ orang. Jumlah visitor per hari yang diperbolehkan mengunjungi Alhambra sangat dibatasi sehingga waktu kunjungan dibuat beberapa slot: morning, afternoon & evening. If you won’t be upset, don’t be dare to come without booked tickets in your hands!  Ketika booking tickets, slot waktu yang tersisa hanya ada di afternoonjam 14.00 PM. Oiya, jangan lupa membawa kartu kredit yang digunakan ketika booking ticket, karena ketika tiba di Alhambra kita perlu me-print tiket di mesin yang sudah tersedia dengan menggunakan kartu kredit tsb. Info detail baca disini buy Alhambra tickets

Meskipun kota kecil, namun transportasi publik di Granada sangat baik, berhubung akses ke Albaycin dan Alhambra hanya berupa jalan kecil yang berliuk-liuk plus menanjak ke atas bukit, untuk memudahkan maka angkutan yang digunakan berupa minibus/ van dengan kapasitas 10 orang. Tiket minibus bisa langsung dibeli melalui driver €1,20/ one way atau kalau mau hemat bisa beli tiket jenis Bono (Bus Pass), one way terhitung cm 80 cent, 1 kartu bisa digunakan 4 org, kalau habis credit bisa di top up, ketika sdh tidak digunakan lagi bisa dikembalikan ke driver dan dapat cash back  €2

minibus 30 to Alhambra – get on from halte Gran via 1 (in front of Cathedral)

Berbekal informasi dan peta dari resepsionist Itenere Hostel yang sangat friendly, pagi itu setelah sarapan kami memulai perjalanan dengan mengunjungi Albaycin, sebuah perkampungan khas bangsa Moor yang terletak di atas bukit. Tujuan utama adalah area Mirador san de Nicola – ruang terbuka di depan Cathedral, dari sana kita bisa melihat kemegahan Istana Alhambra  secara keseluruhan yang berdiri di puncak bukit Asabica. Selain itu, persis di samping Mirador san nicola terdapat Mezquita Mayor de Granada, Masjid besar Granada nan teduh lagi indah, tempat melepas lelah dan menunaikan sholat tahyatul masjid 2 rakaat. Untuk menuju Albaycin kami menggunakan minibus 31 dari halte dpn hostle (Gran via de colon 3). untuk saving energi, pulangnya menuruni bukit Albaycin kami memilih menggunakan bus yang sama dengan arah menuju Plaza Nueva, sambil beristirahat dan mencari makan siang sebelum melanjutkan kunjungan ke Alhambra.

Untuk menuju Alhambra bisa dengan shortcut jalan kaki (tapi hiking) dari Plaza Nueva atau menggunakan minibus 30, naik dari depan Cathedral (Jalan Gran via de colon) sekitar 15 menit. Jam 1 siang kami sudah tiba di Alhambra, antri sebentar di mesin tiket dan siap2 antri memasuki Alhambra slot afternoon yang dibuka jam 2 siang. Ada 3 bagian penting di dalam komplek istana Alhambra yang wajib dikunjungi yaitu Taman Generalife, Nasrid Palace dan benteng Alcazaba, at least sediakan waktu 3-6 jam untuk bisa mengeksplorasi plus menikmati seluruh tempat dan jangan lupa membawa air minum. Perlu diperhatikan, bagian paling utama adalah Nasrid Palace, setiap pengunjung menadapat slot waktu yang telah ditentukan di tiket untuk bisa masuk, diluar waktu tsb atau telat datang tidak diperbolehkan lagi. Kunjungan kami dimulai dari Taman Generalife diteruskan ke Nasrid Palace (16.00 pm) dan berakhir di Alcazaba. There’s no words  I can say, except Subhanallah, Alhamdulillah and AllahuAkbar  – a truly heaven on the earth…

Map of Alhambra

Selesai dari Alhambra, kami kembali ke Hostel untuk beristirahat, sholat dan mengambil backpacks (Again, thanks a bunch Itenere hostel) sebelum melanjutkan perjalanan dengan kereta malam (tren hotel) menuju Barcelona, berangkat dari Granada Central jam 10 malam dan tiba di Barcelona Sants (main station) sekitar jam 09.30 pagi. Harga tiket tren hotel ini bisa dibilang mahal yakni €92/org (kalo beli lebih awal bs saja dpt tiket seharga €65), tapi selain bisa saving waktu di jalan, juga saving biaya hotel satu malam. Keretanya sangat nyaman dan aman, 1 compatment/kamar terdiri 4 bed (jadi bisa tidur selonjoran atau duduk) dan bisa dikunci, terdapat juga wastafel kecil, dapet paket anduk+odol+sikat gigi, plus hanger untuk gantung jaket, dan juga selimut. Toilet dan shower terdapat diujung gerbong, ada juga cafetaria kalau mau beli kopi, teh, sandwich ato muffin dan snack lainnya. So, for the price it’s worth enough…dibandingkan kereta malam Utrecht-Prague yang isi 6 bed, tren hotel ini lebih baik. Kmrn kami booking ticket online via TGV, karena tdk berhasil via renfe, print out tiket dikirim via pos ke Leiden (Belanda) sampai dalam 1 minggu.

inside trenhotel, off to Barcelona

Next, Cintaku di Barcelona,…ekskursi Gaudi’s!

Lokasi ITENERE Hostel at Gran via de Colon

Lokasi ITENERE Hostel at Gran via de Colon

Rute public transport menuju Alhambra & puncak Albayzin di Granada

map Granada rez

note: tanda bulat biru / merah = halte


Andalusia: the journey to the light

Cordoba-Granada, 01 Juni 2012

Jum’at Mubarak, hari yang penuh berkah, sebuah syukur yang tak terhingga…

   Image

View to Bukit Asabica where Alhambra stand out, seen from Albaycin @Jilbabtraveler

Sebuah perjalanan mimpi yang dirangkai sejak dibangku SMA di Banjarmasin sampai akhirnya terwujud di tahun 2012. Tak tahu mengapa, Cordoba dan Granada sepertinya memiliki magnet yang begitu kuat yang membuatku ber-azam untuk suatu saat berada disana dan menyaksikan sendiri sisa-sisa kejayaan Islam di bumi Andalusia. Kota yang pernah berbalut seribu cahaya dan taman surga yang hilang…

Episode 1: Masih terekam di dalam ingatan, setiap lonceng istirahat kedua berbunyi aku lari menuju perpustakaan sekolah bergegas mengambil buku tua bersampul hitam yang tebalnya kira-kira 5 cm yang kalau tidak salah berjudul Dunia Islam Baru. Entah siapa pengarangnya, namun yang jelas buku itu sangat menarik perhatianku, disana awal mulanya aku mengetahui tentang seluk beluk sejarah peradaban Islam, cerita perang salib sampai bagaimana Islam pernah menjadi ‘Cahaya’ di bumi Eropa selama ratusan tahun.

Episode 2: Semasa kuliah di Bandung (1998an) hobi bacaku semakin tersalurkan, kalau tidak salah ada 1-2 buku tentang sejarah Islam yang aku baca lebih detail khususnya tentang ilmuwan-ilmuwan muslim dan sumbangsihnya dalam peradaban modern di bidang kedokteran, astronomi, matematika dan lain-lain. Disinilah aku mengetahui tentang cerita kota Bagdad dengan perpustakaannya yang terkenal serta bagaimana Islam bisa masuk ke Eropa melalui selat Gibraltar di afrika utara hingga Spanyol selatan sampai akhirnya berdirinya kota Cordoba sebagai pusat Ilmu pengetahuan di dunia barat. Di jaman kuliah ini pula aku mulai mengenal internet dan membuat account email pertamaku, can you guess? alamat emailnya adalah cordoba@plasa.com dengan password alhambra 😉 yup, istana merah – kediaman sultan di kota granada.

Episode 3: Semester pertama di Melbourne University (2007), tiap kamis siang aku bela-belain datang lebih awal untuk bisa duduk di area depan kuliahnya Profesor Jeremy Pike, History of Landscape Architecture.  kuliahnya berlangsung 3 jam, sesi pertama akan diisi penjelasan teori, dengan gaya-nya yang slow sambil membaca handout kuliah akan sangat sulit di siang bolong untuk bisa menahan rasa kantuk setelah makan siang,..hoaammmm. Sesi kedua, saat yang selalu ditunggu karena inilah sesi slide show, dimana Profesor Pike akan menunjukan foto-foto hasil jalan-jalannya keliling dunia mengunjungi taman-taman, public open space, estate garden sambil memberi penjelasan terkait sejarah dan konsep-konsep perancangan lansekap yang mempengaruhinya. Sampailah di pertemuan ke-5 The Garden of Islam, dimana sejarah dan penjelasan tentang Alhambra, Generalife, Taj Mahal dipaparkan. Perumpamaan surga yang diaplikasikan dalam desain taman Generalife di Istana Alhambra sungguh membuatku terpesona akan keindahannya. Kembali hati ini berbisik, Ya Allah semoga suatu saat nanti aku bisa berada disana…# mata kuliah ini adalah mata kuliahku dengan nilai terjelek yang didapat selama kuliah S2 yaitu H3 (=65), tapi melahirkan sebuah impian baru untuk bisa melihat satu-satunya moorish islamic garden yang tersisa di dunia saat ini.

flowerbed at Generalif Alhambra @Jilbabtraveler

Interior Mezquita-Cathedral di Cordoba @Jilbabtraveler

Episode 4: Januari 2012 akhirnya mendapat kepastian untuk kembali ke Belanda selama 5 bulan. Sebelum berangkat tidak sengaja liat di tayangan TV liputan acara bedah buku Amien Rais yang dikarang putrinya sendiri Hanum Salsabiela Rais, pada saat bersamaan dilaunching kan juga satu buku karyanya yang berjudul “99 Cahaya di Langit Eropa”, perjalanan menapak jejak Islam di Eropa. Dengan bantuan teman di jogja buku ini bisa didapatkan dan dititipkan via suaminya untuk bertemu di surabaya (Makasihhhh Bu Ira dan Pak Bani ^_^). Buku ini menemani perjalanan panjangku dari Banjarmasin-Jakarta-Kuala Lumpur-Amsterdam-Leiden-Groningen. Sebuah perjalanan yang diniatkan agar memberi nilai lebih tidak hanya sebagai student dan turis biasa, namun bisa mengenal Islam lebih baik lagi.

Akhir April, dalam perjalanan pulang dari Praha, berbincang-bincang dengan teman-teman yang selama ini menjadi partner in crime jalan-jalan, belum ada kepastian dari mereka apakah jadi ke spanyol atau tidak. Waktu stay di Belanda tinggal 2 bulan lagi berarti kalau jadi ke spanyol harus segera booking tiket pesawat, dalam pikiran terlintas bisa jadi ini kesempatan terakhir ke eropa, sempat terucap jika teman-teman tidak ada yang berminat maka aku akan berangkat sendiri. Keputusan ke spanyol agak sulit diambil, karena kami terancam jalan-jalan tanpa bodyguard yang selama ini selalu ada plus kondisi dompet yg mulai menipis ;)…belum lagi kekhawatiran yang cukup tinggi tentang kondisi spanyol saat itu dengan tingkat pengangguran yang mencapai 20%, artinya akan banyak tindak kriminal terjadi terhadap turis-turis asing. Kami langsung terbayang suasana daerah Gare du Nord di kota Paris. Setelah banyak mencari informasi, dan hasil negosiasi yang panjang akhirnya kami berempat sepakat jadi jalan-jalan ke Spanyol dengan mencoba rute Ryanair melalui Airport Eindhoven. Pengalaman pertama menggunakan budget airlines eropa.

Kamis 31 Mei 2012, “Terinspirasi dr buku-nya Hanum Salsabiela Rais – 99 Cahaya di Langit Eropa, chapter 3, Bismillah…” (a big thank for the thumbs my backpacking guru)

It’s truly our best euro trip, Alhamdulillah dengan rahmat-Nya perjalanan berlangsung lancar penuh cerita hikmah, kami bertemu dan berkenalan dengan banyak orang-orang yang ramah dari berbagai penjuru dunia. Dari solo korean traveler, seorang bule Prancis di hostel Granada dgn pertanyaan2 hidayah-nya, sepasang pensiunan dosen dari Kanada yang ketika melihat kami serasa mengingat masa muda mereka dulu, bertemu turis muslim dari Jerman di Alhambra serta mahasiswa-mahasiswa dari Malaysia, sampai bapak bule yang ternyata kerja di EY Jakarta.

Epilog: 29 Agustus 2012, whatsApp-an sm itha

me: “Ta skrg pk jilbab ya? Liat di foto nikahan kamtor..Alhamdulillah :)”

itha: “Hehe journey to the light mba ;)”

______

Cc:

Idha, Lia, Itha – the journey won’t be such wonderful without your presence 😉

Mbak laksmi – thanks for all the info and travel guidance in Spain! dari booking tiket renfe sp siesta time…

ImageTaman Generalife Alhambra : from sketch (2007) into reality (2012) @Jilbabtraveler


Hendrika Maria, si rumah perahu…

Oleh-oleh trip to Holland in 2012

Siapa yang pernah berkunjung ke kota Amsterdam pasti pernah menyaksikan deretan rumah perahu atau house boat yang parkir di sepanjang canal ‘Grachtengordel‘ yang melingkari Damrak dan sekitarnya. Tapi mungkin sedikit yang memiliki kesempatan untuk bisa masuk dan merasakan berada di dalamnya dan mengetahui lebih detail tentang sejarahnya, apalagi yang mampir di Amsterdam cuma buat “hit and run and get nothing but nice pictures” (love this quote by Mbak Astri Ferdiana, 2012). Penelitian tugas kuliah tentang “Living on the Water in the Netherlands” membawa saya menggali lebih lanjut tentang keberadaan rumah perahu ini.

Singelgracht, Amsterdam

Sebenarnya house boat tidak cuma terdapat di Amsterdam tapi tersebar hampir di setiap kota di Belanda, namun Amsterdam boleh jadi memiliki populasi rumah perahu yang cukup besar dan memiliki sejarah yang signifikan berkaitan dengan masa-masa kejayaan perdagangan laut pada abad ke-17 & 19 dimana Amsterdam pernah menjadi bandar besar yang ramai tempat berlabuh kapal-kapal dari seluruh dunia. Dulu orang hidup di rumah perahu umumnya karena alasan ekonomi dan kedekatan dengan pekerjaan. Setelah perang dunia kedua (WWII) terjadi lonjakan pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi tapi tidak disertai dgn tersedianya stock perumahan yang memadai, akhirnya banyak penduduk dari golongan ekonomi menengah ke bawah memanfaatkan bekas-bekas perahu pengangkut barang untuk dijadikan rumah dan menetap disana selamanya.

Deretan rumah perahu di Kota Leiden, Zuid Holland

Saat ini, mereka yang tinggal di rumah perahu bukan lagi dari golongan ekonomi lemah ataupun alasan-alasan pragmatis, namun sudah menjadi sebuah pilihan gaya hidup atau lifestyle sebagian warga kota Amsterdam dari artis, dokter, professional, guru sampai petugas cleaning service.  Setiap orang yang ingin memiliki rumah perahu harus memiliki izin ‘parkir’ dimana dia bisa menambatkan perahunya; dan itu semua tidak murah berkisar antara 500-1000++ euro per tahun tergantung dengan lokasi dan ukuran perahu. Saat ini hanya ada 2.256 unit atau mooring site yang diperbolehkan di Amsterdam dan jumlahnya tidak boleh bertambah, sehingga tinggal di rumah perahu biayanya hampir sama dengan tinggal di rumah darat seperti apartment atau semi-detached houses lainnya.

Sambungan instalasi Gas, Air, Listrik dan Sewage (toilet)

Kotak surat untuk masing-masing rumah perahu

Dari segi fasilitas seperti air, listrik, gas, dll tinggal di rumah perahu tidak ada bedanya dengan rumah2 lainnya di darat; mereka semua tersambung dengan jaringan infrastruktur utilitas yang sudah ada. Bahkan setiap rumah perahu yang terdaftar memiliki alamat resmi dan mempunya kotak pos masing-masing. Dari segi interior maupun desain sangat beraneka ragam, ada yang masih mempertahankan kondisi asli-nya  tapi banyak juga yang sudah mendesain ulang menjadi rumah terapung yang sangat modern dan nyaman dengan fasilitas toilet dan bathroom. Rumah-rumah perahu ini umumnya tidak memiliki mesin lagi, sehingga kalau ingin dijalankan atau berpindah tempat harus menggunakan perahu motor penarik (tug boat).

Saya beruntung bisa menemukan salah satu rumah perahu bernama Hendrika Maria yang terletak di Prinsengracht (Jordan Neighborhood) yang owner-nya memiliki inisiatif untuk menjadikannya museum dan memperbolehkan orang yang lewat untuk masuk dan menjawab keingintahuan mereka. Perahu jenis Tjalk ini dibuat tahun 1914, dulu berfungsi sebagai kapal pengangkut pasir dan batu, tahun 1960-an direnovasi menjadi houseboat, sampai tahun 1997  pasangan Paul v/d Zwart dan Jeanine van Horssen  masih tinggal diperahu ini sebelum akhirnya pindah dan menjadikannya museum. Seperti halnya rumah di darat, rumah perahu Hendrika Maria dilengkapi dengan toilet, ruang tidur, dapur dan ruang keluarga yang nyaman, tidak ketinggalan rooftop garden dan terrace dimana orang bisa bersantai sambil merasakan ‘goyangan’ akibat riak gelombang dari perahu-perahu motor yang berseliweran di canal.

Living room (80 m2)

Kamar tidur

Dapur / Lobby Museum

Suasana kanal dan deretan rumah perahu ketika winter @www.migoa.com


Bocoran KKL Arsitektur akan datang…

Barusan datang dan kembali lagi bertugas di kampus, sudah banyak request untuk mengadakan KKL berikutnya, fiuhhhh…! jadi kapan saya bisa istirahat jadi travel agent ?? jujur pengennya pensiun jadi koordinator yang hrs ngurus semua A-Z , pengennya cuma jadi peserta sajah tanpa pusing ngurus ini itu, tapi semua dosen kok kompak mengidentikan KKL = Indah Mutia ? jelas2 nama saya tidak ada unsur K & L sama sekali -_____-‘

Ok, Let see siapa nanti yg bersedia jadi koordinator, yang  jelas tidak semester ini, karena masih banyak yang harus dikerjakan. Untuk KKL berikutnya setelah Jakarta & Bandung (2010) dan Bali (2012), request para dosen agak sedikit meningkat *halah…minta-nya Luar Negeri !! katanya ga mau kalah sama univ2 di Jawa…*halah lagi* mbok ya ga mau kalah dalam hal akreditasi gituu, request mengerucut ke Singapore dan Malaysia, krn kebetulan thn 2011 kmrn sy pernah mencoba rute backpacking 3 negara dgn biaya cukup murah sktr 5-6 juta hasil hunting tiket promo AirA**a. Dan untuk peserta selain dosen n’ mahasiswa (selected only – pake essay motivasi !! hehe..) kemungkinan alumni juga boleh ikut. kira2 kalo ke singapore apa aja yang bisa dikunjungi, berikut gambarannya:

*sebagai catatan, meskipun mengunakan biro travel tapi itinerary KKL as always berbeda dgn itinerary liburan turis yg biasa ditawarkan biro perjalanan, so jangan mengharap masuk universal studio ato jalan2 di Orchard Road ya! ^_^

SINGAPORE – at least 3 hari, too many things to see from heritage to contemporary architecture

# Singapore City Gallery  @Urban Redevelopment Authority. Disini kita akan melihat bagaimana perkembangan kota singapore dari dulu sampai sekarang, melihat maket masterplan seluruh kota singapore, selain itu kadang ada pameran2 temporer untuk karya2 arsitek dunia.

Maket masterplan singapore @www.wikipedia.com

# Kawasan konservasi Little India, Chinatown, Kampong Glam. Kawasan2 ini dengan deretan bangunan  shophouses / ruko dan bangunan2 heritage lainnya dipertahankan dengan konsep adaptive re-use bangunan2 lama dengan fungsi baru sebagai kawasan yang mewakili identitas kota singapore.

@Masjid Sultan – Kampong Glam

# Boat Quay & Clarke Quay. Merupakan area disepanjang sungai yang merupakan cikal bakal kota singapore, dari daerah bantaran sungai yang kumuh di tahun 1960-an sekarang menjadi pusat hiburan dengan deretan cafe, restaurant dan retails. Bangunan2 heritage masih dipertahankan dengan background gedung2 pencakar langit.

Clarke Quay @www.wikipedia.com

# Marina Bay – Esplanade – Marlion Park. Area ini mewakili wajah singapore saat ini sebagai salah satu metropolis Asia dengan bangunan2 modern sebagai pusat rekreasi dan komersil yang berada di muara teluk singapore, dari Art Center yang menyerupai bunga teratai, hotel dan casino dengan rooftop garden dan kolam renang sampai Gedung pertunjukan yang menyerupai buah Durian dibelah dua.

# Henderson Waves. Pedestrian bridge dr kayu dan baja yang katanya didesain dengan menggunakan konsep parametric sehingga bentuknya tidak biasa, jembatan ini menghubungkan Mount Faber Park dan Telok Blangah Hill Park.

# Garden by the bay. 101 hectars Botanical Garden di tepi teluk singapore yang baru saja dibuka pada Juni 2012, dari websitenya kyknya keren pisann euy …dan saya belum pernah kesana juga 😉 So, it’s priority…

# Vivo City (Harbour front) + Sentosa Island. Vivo city adalah pusat perbelanjaan karya Toyo Ito sekaligus entry point untuk menyeberang ke  Sentosa Island menggunakan kereta gantung ato monorail. Sentosa Island  merupakan resort wisata, disini terdapat area rekreasi seperti Ancol dan Dufan serta Universal Studio. Yang sangat menarik sebenarnya menyaksikan pertunjukan musical laser “Song of the Sea” dengan background pantai ketika senja.

designed by DP Architect+Toyo Ito @www.skyrisegreenery.com

# LaSalle College of Art // School of Art Design and Media, NTU. Desain kampus yang menerapkan konsep creative learning – open environment untuk proses pembelajaran. NTU juga menerapkan konsep green roof / design.

School of Art Design and Media, NTU @www.amazonnews.com

Dari Singapore, perjalanan bisa dilanjutkan dengan bis sekitar 4 jam menyeberang ke Malaysia melalui Johor Baru kemudian menuju Malaka (kota warisan dunia dengan perpaduan peninggalan arsitektur china, melayu, portugis, belanda dan Inggris) menginap 1 malam untuk menyaksikan pasar malam di Jonker Walk, keesokana hari-nya melanjutkan perjalanan ke Kuala Lumpur – sebelum pulang ke surabaya/Jakarta). Di KL sebenarnya tidak banyak yang bisa dilihat, tidak ada yang spesial, even menara kembar Petronas sekalipun atau kompleks Putrajaya.

NB. Siapa yang berminat ikut, monggo bikin passport segera ya di kantor imigrasi Landasan Ulin, pasport hijau 40 halaman (berlaku 5 thn) biayanya sekitar 270rb (th.2010) dan selesai dalam 1 minggu. Dan jangan lupa mulai lah menabung!!


29 GB stories to share…

I’m coming back …

Setelah 5 bulan ‘on leave’ meninggalkan kampus untuk menyelesaikan research fellowship di Groningen dan Leiden,  akhirnya pulang sebagai mahasiswa ‘kere’ tanpa gemilau ribuan euro atau puluhan juta rupiah yg menghiasi buku tabungan, melainkan sisa2 koin dan deretan tagihan kartu kredit dari bank indo yang teriak2 minta segera dibayar!..sempat iri dgn 2 org teman fellowship lainnya yg bercerita telah berhasil mengumpulkan ribuan euro untuk dibawa pulang, dengan cara berhemat dr shopping dan jalan-jalan selama tinggal di Belanda…  (btw, that’s their choice, bagaimanapun sy menghargai prioritas dan pilihan hidup setiap orang, whatever it is…^_^)

Untuk shopping mungkin masih bs tahan, tapi jalan-jalan..semua orang tahu itu sesuatu yg mustahil untuk dilewatkan begitu saja oleh seorang iin mutia -___-‘, selain itu biasanya kesempatan tidak akan terulang 2x, tapi rezeki (uang) inshaAllah masih bisa dicari. satu hal, untuk bisa mewujudkan traveling across Europe tidak hanya perlu uang, tapi juga perlu waktu yang tepat (gak lagi banyak deadline kerjaan…) dan ada teman2 se-visi yg bisa diajak jalan bareng..tanpa itu rencana tetaplah tinggal rencana…

Alhamdulillah, Allah SWT membukakan semua pra-syaratnya. selama 5 bln perjalanan di 8 negara dan 24 kota sy  mengumpulkan oleh-oleh 29 GB photos, unforgettable stories and priceless experiences to share with…dari survey bangunan terapung di Amsterdam, mengumpulkan peta2 dan foto2 lama  sejarah kota Banjarmasin, perjalanan dengan bus menuju Granada melewati pegunungan Sierra Nevada di Andalucia (Spanyol Selatan) sampai mencoba naik kereta api malam (Tren hotel) menuju Prague (Republik Ceko). semoga bisa sgr membaginya melalui tulisan2 di blog ini…(pe er libur semester)

Sesungguhnya hikmah itu adalah milik umat muslim yang tercecer, maka ambilah dimana pun kau menemukannya…

Keluarlah dari ‘zona nyaman‘ hidupmu…lakukanlah perjalanan di muka bumi ini untuk melihat kebesaran Tuhan-mu, ‘tuk mengasah kepekaanmu, dan membuatmu lebih dewasa..karena kamu akan bertemu banyak orang dengan cerita kehidupan yang beranekaragam, semua itu akan memperkaya hidupmu…membuatmu lebih bersyukur!

Alhamdulillah, Thank You Allah… I’m done!

Our last trip…


My Bangkok Itinerary

Ke Bangkok tanpa travel agent alias semi backpacking, bawa peta, tanya sana tanya sini …

Itinerary ini untuk 3 mlm 4 hr, menginap di Take A Nap Hostel di Rama IV tidak jauh dari Sala Daeng BTS Station dan Patpong. Recommended hostel! lumayan murah 1500THB/night/4 beds ~ 450rb. Receptionis-nya sangat ramah dan helpful, setiap pagi bersedia  menuliskan nama2 tempat tujuan, alamat dll dalam tulisan Thai, maklum mayoritas tukang taksi maupun penduduk disana tidak bisa tulisan latin n bhs inggris 😦

Note: karena  travel 4 org, jadi lebih mudah dan murah naik taksi kemana-mana – selain adem tentunya! tapi jangan lupa tetap harus mencoba sensasi naik tuk-tuk, naik taksi air/ kelotok dan public transport skytrain (BTS) plus jalan kaki!

Day 01 

  • The biggest airport in Asia – Suvarnabhumi  Bangkok – heading to Hostel, naik taksi meter ~ 420 bath (cari yang resmi terdaftar, ada di area ground floor) –  Perjalanan sekitar 1 jam
  • Sore: Jalan-jalan dan makan siang kesorean di Khaosan Road (bingung..akhirnya masuk KFC :D), terkenal seantero dunia sebagai pusatnya South East Asia Backpackers
  • Diteruskan menembus kemacetan Bangkok dengan naik Tuk-Tuk (sejenis Bajaj) menuju Chinatown, menjelang malam banyak pedagang kaki lima menjual makanan, buah2an dll (just be careful, makanannya umumnya ga halal),  tujuan kami cuma mau mencari makanan khas yg sangat terkenal di bangkok : Nasi Ketan yang dimakan dengan mangga ato duren

Day 02

  • Menelusuri Chao Phraya River, dari hotel kami naik sky train BTS seharga 25 bath menuju Saphan Taksin station yang persis berada di tepi sungai Chao Phraya. Dibawah BTS station terdapat dermaga atau Central Pier. Dari sini anda bisa memesan tiket tur terusan seharga 150 bath (45 rb) yang bisa dipakai seharian turun naik perahu, atau yang kedua menyewa perahu motor sendiri/ a long tail boat, dan pilihan ketiga yg lebih ekonomis seperti yang kami lakukan cuma menaiki regular taxi boat one-way pier to pier seharga 14 bath, berangkat setiap 15 menit, tinggal naik ke klotok/ taksi boat, nanti akan ada petugas/kenek yang berkeliling menagih bayaran, kita bisa turun di pier mana saja sepanjang sungai sesuai point persinggahan perahu.  Dari central pier kami menuju Pier 15, tepat setelah jembatan Rama VIII, setelah foto-foto dll, berikutnya kembali menuju Pier 8 (tepat di depat Grand Palace dan Wat Po. Dari pier 8, kami menyeberang ke Wat Arun dengan menggunakan perahu (3 bath).

             info detail Chao Phraya Boat express bisa dilihat disini

  • Wat Arun atau Temple of the Dawn, komplek pagoda ini lokasinya tepat berada di tepi sungai Chao Phraya, bagi wisatawan asing yang memasuki area ini dikenakan biaya 50 bath, dan wajib menggunkan pakaian yang sopan, no tanktop and celana pendek. What to see here?…detail desain pagoda yang terbuat dari porselen sangat menarik, tapi yang lebih menantang adalah memanjat ke puncak pagoda utama setinggi 250 kaki (76 m) dan melihat sungai Chao Phraya serta kota bangkok dari atasnya, so astonishing!…dan yang tidak ketinggalan, khususnya untuk turis2 indonesia, disini banyak terdapat toko2 souvenir khas thailand, yang penjualnya bisa bahasa indonesia dan menerima Rupiah utk berbelanja, tapi harus pandai-pandai menawar…biasa, t0urist trap!

  • Grand Palace atau Komplek Istana Kerajaan, tempat yang wajib dikunjungi karena keindahan grand arsitekur thai dan pagoda2 yang terbuat dari emas dan porcelen. Karena selalu menjadi favorit, memasuki area ini dikenai biaya yg cukup mahal sebesar 350 bath (105rb)…dan cukup crowded oleh turis2 mancanegara. Di sekeliling tembok luar banyak terdapat pedagang kaki lima baik yang menjual souvenir maupun minuman dan buah2an. Just being careful of  tuk-tuk or taxi scams here…

  • Sore: Shopping Time!, kami menaiki skytrain BTS menuju jantung komersial kota Bangkok- Siam Square, yang terkenal dengan deretan pusat2 perbelanjaan dari mal, toko2 retail sampai PKL. Pertama2 pergi ke Siam Discovery lt.5 menuju Museum lilin Madam Tussauds, selanjutnya diteruskan shopping dan jalan-jalan di Siam Paragon, dan menjelajah kaki lima sampai malam till you drop!

  • Otw pulang ke hostel, dari Sala Daeng Station iseng2 jalan ke Patpong night market ~ tryt area ini jg terkenal sebagai red district-nya bangkok.

Day 03

  • Pagi2 tur ke pasar terapung Damnoen Saduak (lihat travelog sebelumnya disini), paket tur booking di resepsionis hostel paketnya 1/2 hari seharga 550/pax, selain pasar terapung juga mengunjungi atraksi gajah dan kobra, dan mengunjungi galeri pemahat kayu.

  • Bagi peminat arsitektur, kunjungan ke Jim Thompson House merupakan hal  yang tidak boleh terlewatkan, tempat ini dulunya rumah seorang arsitek amerika yang menetap di Bangkok kemudian setelah meninggal rumahnya dijadikan museum, karena kekhasan desain arsitektur tradisional Thai-nya. Memasuki museum ini dikenakan biaya 100 bath, sudah termasuk guided tour keliling rumah dan taman. lokasinya tidak jauh dari BTS National Stadium, di dalam sebuah jalan kecil atau Soi – satu stop setelah Siam Square. Di belakang museum ini terdapat canal kecil (Saen Saep Klongs) yang juga dilalui taxi air. Diseberang canal itu ternyata terdapat perkampungan muslim Thailand, sayup2 terdengar azan ashar berkumandang dari sebuah Masjid…unfortunately we did’nt find a bridge to cross the canal.

  • Siam Interchange + MBK Center – again area shopping plus public transport interchange dengan berbagai moda transportasi criss-cross bersilangan pada satu titik. MBK adalah mall dan retail terbesar yang ada di bangkok, disini bisa puas2in belanja n makan, Alhamdulillah malam terakhir itu kami menemukan restoran thaditional Thai yang halal di MBK,…akhirnya bisa makan Tomyum, kangkung thai, salad seafood yang sangat lezattt sepuasnya…hmm, kami menghabiskan sekitar 750bath utk makan ber-empat!

Day 04

  • Pagi sibuk dengan packing, sarapan, internetan di lobi hostel sambil menunggu taksi bandara yang dipesankan resepsionis Take A Nap. ..Jam 11 sampai di airport, menunggu pesawat jam 13.00 menuju KL.

P.S. sebenarnya ada satu tempat lagi yg wajib dikunjungi yakni Chatuchak market, open market terbesar dan terlengkap se-Asia bahkan ktnya  se-dunia, tapi hanya buka pada saat wiken sabtu-minggu,..we missed it!


Pasar Terapung Thailand

Oleh-oleh trip to Bangkok on July 2011

Kalau Banjarmasin terkenal dengan Pasar Terapung Kuin atau Lok Baintan yang menjadi icon wisata dan sempat nampang jd iklan di RCTI Oke, maka Pasar Terapung Damnoen Saduak yang berada di Ratchaburi province (100 km barat daya Bangkok) ini menjadi salah satu icon kebanggaan wisata Thailand .Tidak ada maksud untuk membandingkan kedua-nya karena ternyata punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Trip ke Bangkok kali ini salah satu-nya memang ditujukan untuk bisa melihat dan merasakan Bangkok sebagai ‘kota sungai’ sekaligus sebagai sebuah Metropolis Asia, so  a half day tour ke pasar terapung menjadi salah satu agenda utama kami selain canal tour menikmati Sungai Chao Phraya (next travelog..)

Perjalanan ke pasar terapung Damnoen Saduak memakan waktu kurang lebih 1 jam dengan mobil, dilanjutkan dengan mengendarai a long tail boat atau kalau di Banjarmasin bisa disebut kelotok. Kebetulan kami mengikuti a joined tour yang disediakan pihak hotel di Bangkok seharga THB 550/pax ( ~ 165 rb…lumayan mahal). Sebenarnya ada alternatif public transport berupa bis yang bisa mengantarkan pengunjung langsung ke sana tapi lumayan ribet dan sepertinya memerlukan local guide supaya tidak kesasar. simply speaking jam 7 pagi kami dijemput di hotel dan langsung meluncur ke salah satu dermaga di dekat pasar terapung. Dermaga ini tidak persis berada di pasar terapung seperti lazim-nya bus atau tur wisata yang mengantarkan para turis persis di depan pasarnya, namun dari dermaga ini kami mendapat kesempatan untuk untuk menaiki sejenis kelotok menyusuri canal-canal kecil yang kiri kanan-nya terdapat daerah-daerah perumahan, kampung-kampung kecil, kebun dll sebelum akhirnya tiba di dermaga pasar terapung. Bayangkan anda mendatangi pasar terapung kuin melewati kampung2 di Anjir serapat, seperti itulah bayangannya.

Kenapa disebut canal atau Klong dalam bahasa Thai? karena menurut sejarah sungai ini merupakan sungai buatan yang digali pada masa pemerintahan King Rama IV sebagai jalur transportasi untuk memasarkan hasil2 pertanian khususnya buah2an, dan memang secara kasat mata sungai yang ada disekitar pasar terapung ini memang relatif sempit namun terlihat lebih rapi / tertata karena kiri kanan-nya sudah dibangun dinding turap dan titian beton yang berfungsi sebagai pembatas. Sebenarnya kalau dilihat dari potensi sungai-nya, apa yang dimiliki kota Banjarmasin lebih baik dari kawasan damnoen saduak ini.

Dari beberapa forum travel seperti Tripadvisor.com, Damnoen Saduak floating market sering disebut “tourists trap” atau jebakan buat turis, why? Ya..karena setiba-nya disana pasar terapung ini memang penuh dengan turis-turis mancanegara yang berkeliling dengan jukung dan para pedagang lokal yang berjualan souvenir serta makanan/ minuman/ buah-buahan untuk para turis yang datang. Suasana pasar-nya memang sangat unik namun crowded  apalagi kalau anda datang di atas jam 9 pagi. Para pedangan lokal yang berjualan disana terbagi menjadi 2 jenis, yang pertama pedagang di pasar darat, dimana toko-toko souvenirnya sebagian besar menghadap ke canal, yang kedua pedagang yang berjualan di atas perahu umumnya mereka berjualan buah2an, bunga, makanan dan minuman. Para pengunjung yang ingin menikmati keunikan dan sensasi berbelanja di pasar terapung ini disarankan untuk menaiki  jukung yang bisa disewa di dermaga setempat, setiap orang membayar THB 150.  Tukang jukung akan mengantarkan pengunjung mengelilingi setiap toko-toko yang ada di sekitar canal atau melalui pedangan2 terapung yang intense menawarkan dagangannya. Harus pandai2 menawar harga 50% atau lebih dan baiknya sudah tahu atau sudah membanding harga souvenir/buah2an dengan harga2 di Bangkok , why? karena harga yang ditawarkan memang jauh diatas harga normal – that’s tourist trap mate! ..tapi kalau sekedar sightseeing and hunting photos, the place is just simply AWESOME! pemerintah setempat berhasil mengemas dan mengelola pasar ini dengan baik sehingga menjadi tempat wisata yang worth visit bagi turis..

Pertanyaan yang timbul dr perjalanan ini adalah, bagaiman kehidupan masyarakat lokal di sekitar pasar terapung ini ? karena tempat wisata ini jelas ditujukan untuk turis, mungkin berbeda dengan pasar terapung di Lok Baintan yang sering kita lihat, dimana kehidupan lokalnya lebih terasa. Dari informasi yang didapat memang masih banyak pasar-pasar terapung kecil di sekitar Bangkok yang lebih ditujukan pada aktivitas domestik, tapi memang yang berada di Damnoen Saduak ini yang paling besar dan ramai serta terkenal. Mungkin inilah salah satu tantangan kota-kota di era globalisasi, preserving local wisdom while pursuing global demands..